Selasa, 06 Oktober 2015

Di Warung Jengkol, Antara Dua Kereta Lewat

Dalam kehidupan ini diciptakan dengan berpasang-pasangan. Tatkala ada siang maka bersiaplah karena kan tiba waktu malam. Bila ada seorang lelaki, akan tentram bila didampingi seorang wanita yang sah. Ada langit, ada bumi. Ada perjumpaan, maka pastilah akan ada perpisahan.

SK Mutasi itulah yang mempertemukannya, SK Mutasi pulalah yang memisahkannya. Bagi kami sebagai pegawai DJP, setiap saat harus bersiap kemanapun ditugaskan. Bagai anak panah akan meluncur ke mana kami dilepaskan.

Di tempat baru itulah, kami harus menciptakan keadaan yang senyaman mungkin agar kerasan, sehingga dapat memberikan karya terbaik buat negeri.

Salah satu kebiasaan yang dilakukan di Purwakarta, adalah setiap jum'at pagi dari jam 6 sampe jam 7-an diisi dengan jalan santai dari kantor ke stasiun Ciganea. Jalannya lumayan terjal, walau jaraknya tidak begitu jauh dari kantor, namun cukup membuat tubuh ini berkeringat.

Selepas lewati stasiun Ciganea, untuk melepas rasa lelah, kami mampir di warung yang entah kenapa disebut warung jengkol padahal tidak ada menu berbasis jengkol. Segelas teh manis, gorengan, leupeut, plus cengeknya, begitu setia dalam kunyahan mulut kami.

Pak H Munawar, pak H. Abdul Rahman, pak Agus Supriyadi, termasuk saya sendiri adalah para loyalis kegiatan ini. Ada anggota tidak tetap yang kadang ikut yaitu pak Idat Hernawan, serta pak Yusup Abdullah yang tiba-tiba nyusul udah sampai di warung jengkol tanpa berkeringat (rupanya pak Yusup naik angkot, pantes gak keringatan).

Berbagai tema obrolan jadi pelengkap dalam setiap seruputan teh manis dan kunyahan gorengan yang disajikan ibu warung. Seputar kerja, keagamaan, keluarga, kisah hidup masing-masing adalah tema paling sering diobrolkan di sana. Obrolan santai yang jauh dari kesan serius, karena itu dimaksudkan untuk hilangkan kepenatan kerja, yang ada adalah canda riang dan gelak tawa.


Tanpa terasa dua kereta api telah berlalu di jalur rel Cikampek-Bandung yang memanjang di depan warung jengkol itu, kereta Argo Parahyangan dan Ciremai. Itu sebagai pertanda bahwa obrolan harus segera berakhir. Setelah berhitung atas jajanan dan minuman masing-masing, kami pun segera membayarnya, kemudian segera kembali menyusuri jalan Ciganea menuju kantor.

Itulah salah satu kenangan manis bersama pak H. Munawar, yang rasanya sulit dapat melakukannya lagi dengan beliau. Ya, karena 1 Oktobet 2015 lalu pak H. Munawar dimutasi sebagai Kasi Pemeriksaan KPP Pratama Serang. Sedih juga sih kehilangan mitra di masjid Jabal Khairat yang selalu menemani dalam menyambut mentari pagi dengan tilawah satu juz Al-Qur'an. Kehilangan salah satu rekan yang rutin joging pagi keliling kantor. Namun juga turut berbahagia, karena kantor barunya dekat dengan home base, yang sudah sekian lama dinantikannya. Harapannya pak H. Munawar semoga di tempat baru nanti senantiasa diberikan kesehatan, terus berprestasi, sukses berkarya, dan penuh keberkahan hidup. Maafkan saya pribadi bila dalam pergaulan banyak kesalahan.
Sekali lagi berkah selalu buat pak H. Munawar di tempat baru.


Sardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...